Ronny Sompie Mengaku Bangga Raja Bataha Santiago Diberi Gelar Sebagai Pahlawan Nasional Asal Sangihe oleh Presiden Jokowi

oleh -13 Dilihat

JEJAK DIGITAL.CO.ID-Caleg DPR RI Dapil Sulawesi Utara (Sulut) dari Partai Golkar, Irjen. Pol (Purn). Dr. Ronny Franky Sompie, SH., MH, mengucapkan selamat atas ditetapkannya Bataha Santiago sebagai salah satu pahlawan nasional dari Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). 

“Torang bangga, Gelar Pahlawan Nasional diberikan kepada Raja Bataha Santiago asal Manganitu, Sangihe, yang berjuang melawan VOC dengan sikap gagah berani dan heroik serta penuh keteladanan,” ucap Sompie. 

Seperti yang diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan Bataha Santiago sebagai pahlawan dari Provinsi Sulut. 

Keputusan ini tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 115-TK-TH-2023 tanggal 6 November 2023.

Setelah mengikuti penganugerahan pahlawan nasional, keluarga besar Bataha Santiago kembali ke Manado dan dijemput oleh Dandim 1309 Manado, Kolonel Inf Teddy Laksono, di Bandara Sam Ratulangi, Sabtu (11/11/2023) sore.

“Kami menjemput keluarga besar Pahlawan Nasional Bataha Santiago, dan kami akan mendengar cerita perjuangan dari beliau hingga ditetapkan menjadi pahlawan nasional,” kata Dandim 1309 Manado Kolonel Inf Teddy Laksono.

Cucu Bataha Santiago, Veronika Horohiung, mengungkapkan perasaan bahagianya saat mewakili keluarga besar menerima penghargaan tersebut. 

“Bicara soal perasaan, siapa yang tidak senang menerima penghargaan seperti ini? Tentunya bercampur aduk, ada rasa bangga dan terharu,” ucapnya.

Veronika menambahkan, penganugerahan ini bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga mewakili rakyat Sulawesi Utara, Kabupaten Kepulauan Sangihe, dan keluarga besar mereka. 

“Walaupun sudah almarhum, tetapi di momen Hari Pahlawan Nasional, beliau mendapat penganugerahan atas dedikasi perjuangan Bataha Santiago untuk bangsa ini,” jelasnya.

Dia menjelaskan, proses penganugerahan gelar ini dimulai ketika Dinas Sosial Sulut menghubunginya pada bulan Januari terkait ahli waris. 

“Sebenarnya yang menerima penghargaan ini adalah ayah saya, tetapi beliau sudah meninggal pada tahun 2022, sehingga dirinya sebagai anak berada di posisi ahli waris karena masih garis keturunan,” tutur Veronika.

Menurutnya, mereka menunggu beberapa bulan hingga Oktober ketika Sekretariat Kepresidenan memeriksa kembali. 

“Hari Selasa kemarin kami diberitahu bahwa SK Bataha Santiago sudah disahkan sebagai pahlawan nasional, jadi saya harus berangkat ke Jakarta,” terangnya.

Veronika menjelaskan, keluarga mereka dari Sulawesi Utara mempertahankan identitas keturunan dengan menggunakan nama belakang agar dapat dikenali. 

“Dari dasar itulah kenapa kami masih masuk dari keturunan Santiago. Dan sebenarnya untuk silsilah yang lain juga ada dari kakak beradik dari Santiago,” bebernya.

Menurut Veronika, alasan mereka ditetapkan sebagai ahli waris adalah karena data tentang Bataha Santiago, sejarah, dan naskahnya ditulis oleh ayahnya sekitar tahun 1990-an saat menyelesaikan studi S1.

“Tahun 2015, beliau menjadi narasumber untuk pengusulan pahlawan nasional karena kebetulan beliau juga memiliki buku silsilah Suku Sangihe,” tuturnya.

Veronika juga menceritakan bahwa nama Bataha berasal dari Suku Sangihe, sedangkan Santiago adalah nama baptis karena umumnya agama Katolik memiliki hal tersebut yang artinya Santo Yakobus. 

“Ayah dari Santiago punya kedekatan dengan Bangsa Spanyol dibandingkan dengan VOC dari Belanda,” katanya.

Santiago pernah kuliah di Manila dengan dukungan dari Bangsa Spanyol, karena sebagai Raja, dia harus memiliki pendidikan sendiri. 

“Perjuangannya dimulai pada 1870 ketika menjadi raja di Kerajaan Manganitu menggantikan ayahnya, Tongkoliu,” tuturnya.

Sebagai anak sulung, tahta kerajaan diberikan kepadanya, dan Santiago memiliki karakter seperti ayahnya, yaitu pemberani, taat pada agama, pantang menyerah, dan berpikir dewasa. 

“Pada saat VOC Belanda masuk, dibawa salah satu sultan dari Ternate untuk menjalin kontrak dagang, Santiago menolaknya,” terangnya.

Dengan dasar pendidikannya, dia mengetahui bahwa tindakan tersebut memiliki risiko, meskipun beberapa kali diajak diskusi, tetapi Santiago selalu menolak. 

“Akhirnya terjadilah perang melawan VOC Belanda selama kurang lebih 5 bulan. Selama pertempuran, Santiago selalu paling depan untuk melawan mereka,” ungkapnya.

Dia menambahkan, meskipun persenjataan mereka terbatas, hal itu tidak membuat nyali Santiago dan pasukannya ciut. 

“Santiago beberapa kali dibunuh, tetapi tidak mati, sehingga kepalanya harus dipenggal,” tandasnya. (lix) 

No More Posts Available.

No more pages to load.